Acara penandatangan MoU dilakukan oleh Direktur Utama PT Pertamina Gas Wiko Migantoro, PTH Direktur Utama PT Pertamina Hulu Mahakam Danar Dojoadhi, dan Direktur Utama PT Pertamina Tongkang Nepos MT Pakpahan. Sementara itu, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief S. Handoko, Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Tata Kelola MIgas Nanang Untung, Direktur Logistik, Infrastrktur PT Pertamina (Persero), CEO PT Pertamina Hulu Energi Budiman Parhusip, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PT PGN Tbk Redy Ferryanto turut hadir menyaksikan acara seremoni penandatangan nota kesepahaman tiga afiliasi Pertamina tersebut.
Melalui kerjasama ini, Pertagas sebagai bagian dari subholding gas memiliki komitmen untuk ikut menyukseskan program konversi penggunaan BBM ke LNG. Hal ini, diharapkan juga ikut berkontribusi terhadap pengurangan impor BBM khususnya untuk kapal-kapal dari Pertamina Grup. “Kami memiliki pengalaman dalam pengelolaan infrastruktur LNG yang terintegrasi, mulai dari filling station, penyediaan ISO Tank, dan transportasi LNG ke berbagai konsumen,” ujar Corporate Secretary Pertagas Fitri Erika.
Menurutnya, kajian awal terhadap proyek ini baik dari sisi teknis maupun komersial sudah dilakukan sejat September tahun 2019 lalu. “Dengan adanya penandatangan nota kesepahaman ini, kita tentunya berharap akan segera terdapat kesepakatan kerjasama,” harapnya.
Erika menambahkan, proyek ini juga merupakan upaya pengembangan bisnis Pertagas dan sekaligus sebagai bagian dari upaya meningkatkan portfolio bisnisLNG Pertagas.
Teknologi DDF merupakan teknologi yang menggabungkan penggunaan solar dan LNG sebagai bahan bakar kapal. Dalam proyek ini PTK akan memodifikasi mesin pada AHTS Trans Moloco dari diesel menjadi berbahan bakar ganda LNG:HSD (60:40) yang rencananya mulai beroperasi pada Agustus 2021. Bila proyek ini berhasil, maka akan dikembangkan ke fase industri pada kapal-kapal lainnya yang dioperasikan di WK Mahakam.
Sinergi Pertagas, PHM, dan PTK untuk Konversi Bahan Bakar Moda Kapal ke LNG