Seiring dengan itu, Pertagas berkomitmen terus menjalankan standar operasi yang ada untuk menjaga keandalan penyaluran gas melalui pipa Cisem tahap I.
"Pertamina Gas, selaku operator dalam pengoperasian pipa gas Cisem tahap I, sudah menjalankan standar operasi yang ada untuk terus menjaga kehandalan penyaluran gas kepada end user," ujar Indra P. Sembiring, Direktur Teknik dan Operasi Pertagas, Rabu (31/7).
Pertamina Gas pada Jumat, 26 Juli 2024, mulai mengalirkan gas dari ORF Tambakrejo Semarang melalui pipa Cisem I ke Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.
Pipa Cisem Tahap I merupakan jalur pipa transmisi 20 inci yang membentang dari dari Semarang hingga Batang sepanjang kurang lebih 60 km. Pipa Cisem dibangun oleh Kementerian ESDM melalui Ditjen Migas dan dioperasikan Pertamina Gas.
Gas bumi yang mengalir di pipa Cisem tahap I berasal dari Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru yang kemudian dikelola tekanan dan pembagiannya oleh Pertagas sebagai Operation and Maintenance (O&M) ORF Tambak Rejo, lalu disalurkan menuju konsumen, seperti kawasan-kawasan industri di Jawa Tengah.
Indra mengatakan Pertagas akan terus mendukung dan mengambil peran dalam integrasi pipa transmisi Sumatera-Jawa. Karena jika pipa-pipa tersebut sudah dapat tersambung, maka penyaluran gas bumi akan dapat terkoneksi dari wilayah Jawa Timur ke Jawa Barat. “Dengan demikian surplus pasokan gas bumi di Jawa Timur dapat memenuhi defisit kebutuhan gas di Jawa Barat," kata dia.
Menteri ESDM Arifin Tasrif, mengatakan dengan memanfaatkan infrastruktur Pipa Gas Cisem, benefit yang akan didapatkan industri adalah harga gas akan lebih terjangkau.
“Selain itu akan memenuhi kebutuhan gas dalam negeri untuk industri, pembangkit listrik, komersil dan rumah tangga," kata Arifin saat melakukan kunjungan kerja ke ORF Tambak Rejo Semarang.
Pada kesempatan tersebut, Menteri ESDM juga memastikan kesiapan operasional Pertagas dalam penyaluran gas ke kawasan industri di Jawa Tengah dengan meninjau fasilitas ORF, serta melakukan diskusi.
Selain itu, pada saat yang sama, Presiden Joko Widodo juga meresmikan operasional KITB yang memiliki luas lahan dalam perencanaan sekitar 4.300 hektar yang akan terbagi dalam beberapa fase.
Ikut hadir dalam peresmian tersebut, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina Gas Negara (PGN) Arief Setyawan Handoko, Direktur Komersial PGN Ratih Esti Prihatini, Direktur Utama Pertagas Gamal Imam Santoso, Direktur Teknik dan Operasi Pertagas Indra P. Sembiring, General Manager Operation East Region Pertagas Hendra Tria Putra dan Kepala Balai Besar Lemigas Mustafid Gunawan.
Pada kesempatan berbeda, Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Padjajaran Yayan Satyakti, Rabu (31/7), mengatakan jika melihat secara spesifik untuk Cisem I dengan panjang jaringan pipa sekitar 60 km, jaringan pipa transmisi tersebut idealnya akan mendukung kawasan industri strategis yang ada di kawasan Pantai Utara Jawa (Pantura).
Fungsi dari jaringan gas Cisem I, kata dia, merupakan potensi investasi, dan harus diimbangi dengan masterplan pengembangan industri untuk meningkatkan demand dari industri yang memang memerlukan gas. seperti pengembangan industri petrokimia.
“Jadi saya melihat, bahwa infrastruktur ini merupakan langkah awal dari pemerintah untuk membangun jaringan energi, khususnya gas di masa depan. Sebagai modal dasar untuk pengembangan kawasan industri yang lebih efisien, seperti industri petrokimia,” kata Yayan.
Selain ke kawasan industri, gas dari Pipa Cisem yang secara teknis dikelola tekanan dan pembagiannya dari Onshore Receiving Facility (ORF) Tambakrejo yang dikelola Pertagas, dialirkan menuju Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambak Lorok yang dikelola PLN Indonesia Power, dan juga industri komersial rumah tangga di Semarang – Demak.